Sosok Kartini Di Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II
Sosok Kartini Di Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II
Kuala Kurun│pa-kualakurun.go.id
Kuala Kurun - Sosok Kartini, merupakan figur emansipasi wanita di Indonesia yang berkontribusi penuh bagi negara dan masyarakat, khususnya kaum perempuan. Sosok yang dikenal dengan nama lengkap Raden Ajeng (RA) Kartini berjuang keras mengangkat harkat dan memajukan kaum perempuan Indonesia. Beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita kala ia hidup. Perjuangan RA Kartini mengangkat kesejajaran maupun derajat perempuan dengan kaum pria, baik dari segi kemampuan dan intelektualitasnya.
Walaupun RA Kartini telah lama tiada, semangat perjuangannya selalu menginspirasi hingga saat ini. Sosok – sosok menginspirasi layakanya sosok Kartini masa kini terkhusus di Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II saat ini layak disematkan kepada Salasiah, A.Md. Ia merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara perempuan pertama kali yang ikut berjuang di antara 7 (tujuh) orang Aparatur Sipil Negara laki - laki yang berjuang sedari awal berdirinya kantor Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II pada 22 Oktober 2020. Perempuan kelahiran Palangka Raya, 13 Juli 1982 menjadi satu-satunya perempuan yang ikut sedari awal memulai merintis berdirinya Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II bersama ketujuh orang ASN laki – laki lainnya.
Mengenal lebih dalam tentang sosoknya, Salasiah merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ahmad Gapuri dan Aminah. Ia menempuh penididkan terakhir Diploma III Jurusan Manajemen Informatika di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIKOM) Palangkaraya lulus di tahun 2014. Salasiah juga merupakan seorang istri dari Mokhamad Ramadhan yang saat ini telah dikaruniai tiga orang anak dari pernikahannya. Ketiga anak tersebut bernama Tiara Ramdhani, Muhammad Rizki Akbar dan Muhammad Ammar Ashofa.
Salasiah mengungkapkan masih ingat dibenaknya saat pertama kali mendapatkan Surat Keputusan terkait mutasi dan promosi yang mengharuskan untuk pindah mengabdi bekerja dari semula di Pengadilan Agama Palangka Raya pindah ke salah satu Pengadilan Agama baru di wilayah Kalimantan Tengah yaitu Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II. Seketika itu ia meminta izin restu kepada suaminya untuk mengabdi bekerja di Pengadilan Agama Kuala Kurun. Secara musyawarah Salasiah dan Suami mengambil keputusan untuk tinggal terpisah setiap pekannya. Dimana jarak tempat tinggal bersama antara Palangka Raya ke Kuala Kurun cukup jauh tidak memungkinkan untuk ditempuh dalam waktu singkat. Pada akhirnya keputusan yang diambil suami tetap tinggal di Palangka Raya dengan dua orang anaknya karena suami bekerja dan anak sedang menempuh pendidikan juga di Palangka Raya. Sedangkan Salasiah tinggal di Mes Pegawai PA Kuala Kurun bersama anak terakhirnya setiap hari Senin sampai Jumat sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, salasiah kembali pulang ke Palangka Raya untuk berkumpul bersama dengan keluarga kecilnya bersama suami dan kedua anak lainnya. Dengan kepindahan tempat tugas ke Kuala Kurun, ia harus menyiapkan mental dan harus siap sedia ikhlas membuat keputusan untuk tinggal berjauhan setiap pekannya bersama suami dan kedua anaknya yang tinggal di Palangka Raya. Selain itu, ia juga baru menyadari bahwasanya menjadi perempuan yang satu satunya diantara ketujuh ASN laki – laki lainnya yang berjuang bersama merintis Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II.
Saat dijumpai Tim Redaksi, Salasiah menuturkan bahwasanya awal karirnya di Instansi Mahkamah Agung bermula saat saran dan masukan dari suami tercinta untuk dirinya mendaftar bekerja sebagai ASN Mahkamah Agung yang kala itu sedang mengadakan rekrutmen penerimaan pegawai. “Saya mendaftar sebagai pegawai Mahkamah Agung saat itu bukan pertama kalinya. Mendaftar bekerja di Mahkamah Agung sudah dua kali dimana pendaftaran pertama kali di Mahkamah Agung saya belum lolos untuk diterima. Namun alhamdulillah pada akhirnya di kesempatan selanjutnya yaitu pada kesempatan kedua atas izin Allah, dan restu suami serta dukungan semangat dari keluarga besar akhirnya pada kesempatan kedua berjuang mendaftar kembali pegawai di Mahkamah Agung hingga akhirnya dinyatakan lolos dan diterima sebagai ASN Mahkamah Agung. Rasanya saat itu senang sekali dapat mencapai kesempatan di titik tersebut. Dimana di dalam benak hati saya tanamkan untuk berprinsip selalu ada harapan bagi orang yang berdoa dan selalu ada jalan bagi orang yang berusaha, maka Allah akan mengabulkannya”, ungkap Salasiah dengan mata berbinar – binar saat menceritakan kembali momen awal perjalan karir di Mahkamah Agung.
Salasiah senantiasa selalu bersyukur di mana pun dia ditempat-tugaskan. Ia juga selalu berusaha menjaga amanat kepercayaan dan menjalankan amanah dengan tugas dalam bekerja dengan tanggungjawab. Lika-liku dalam menjalankan tugas, selalu dia lalui dalam sukacita. Bahkan saat harus berhadapan dengan para pihak dengan berbagai tipe karakter saat mengantarkan relas panggilan selaku salah satu tugas Jurusita, Salasiah selalu tampil maksimal untuk memberikan pelayanan prima terbaiknya.
Pengabdiannya dalam bekerja di Instasi Mahakamah Agung sebagai ASN telah dibuktikan dengan diberikannya Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya dari Presiden Indonesia, Joko Widodo pada tahun 2019. Semangat optimisme dan dedikasi dalam menjalankan tugas saat bekerja maupun dalam berumah tangga merupakan bentuk keteladaan dari perjuangan dari Kartini yang tercermin dari sosok Salasiah. Dimana Sosok Kartini yang berada di diri Salasiah tak hanya dia perlihatkan selama dia bertugas. Di lingkungan keluarganyapun, Salasiah terkenal sebagai sosok ibu dan istri yang terbaik serta selalu memperhatikan keluarganya.
“Bravo PA Kuala Kurun!” (UN - TI)”